Surat untuk Kekasih
Telah
aku sadari, sesungguhnya engkau belum sudi dirayapi permainan rasa di
tahun-tahun ini, bahkan mungkin untuk sekian lamanya. Akan tetapi, percuma saja
aku jauhi senyum manismu dan lembut suaramu, karena itu hanya akan memperkeruh
kolam hati ini. Maka, dengan selalu memohon kekuatan batin pada Tuhan, tiada
kalimat yang pantas dan selaras dengan suara hatiku yang paling dalam ini,
kecuali betapa hati ini teramat mencintaimu.
Telah
aku kenali dirimu lewat mata hatiku, secarik perkenalan yang melahirkan cinta
premature dan itulah ibarat kebenaran cintaku terhadapmu. Tetapi, jangan engkau
pandang itu sebagai kebohongan sebuah mimpi, karena harapanku engkau sudi
menimbang rasa dan menganggukkan kepala, sehingga buih resah pun pecah
terhadang batu karang.
Gaungan
sanubariku kian riuh menggemakan nada-nada kemurnian cinta. Kata cinta yang
sanggup menerjemahkan suasana hati itulah hakikat cinta yang kita cari, dari
manakah cinta sejati reingkarnasi??
Aku
tidak mempersembahkan sejuta rayuan, tetapi ku ingin menghadiahkan ketulusan.
Cintaku tulus suci kepadamu. Adakah engkau masih tiada mempercayainya??
Tetes-tetes
kasih sayang yang berjatuhan dalam hatiku, pelita-pelita kesetiaan yang
menyala-menyala dalam sukmaku, dan bercak-bercak kerinduan yang melekat dalam
jiwaku, semuanya hanyalah untukmu, semuanya adalah lukisan cintaku kepadamu
seorang.
Harapanku
berdamping kasih denganmu adalah impianku, keinginanku bersatu cinta denganmu
adalah cita-citaku, dan dambaan hatiku ingin selalu beriring setia denganmu adalah
kesucian cintaku. Apalagi yang engkau ragukan dariku?? Tidakkah kau tahu, Aku
akan berbahagia jika kau meragukan cintaku, karena meragukan cinta bukan
keraguan cinta adalah nyanyian kasih yang bersemayam di setiap impian sang
penyinta. Berarti ada kata setuju dalam hasratmu atau setidaknya kepercayaan
cinta itu yang engkau dambakan.
Kepercayaan
adalah awal dari kesetiaan dan kesetiaan dalam memadu kasih adalah benang penghubung
bagi setiap kebahagiaan. Karenanya, akan aku tanam akar-akar kepercayaan dalam
dirimu dan akan aku rabuk pohon kesetiaan dalam diriku, sehingga kebahagiaan
akan mudah terwujud dalam kehidupun kita dan engkau tidak akan meragukan lagi
kecintaanku terhadapmu yang tulus suci ini.
Itulah
kebenaran cintaku terhadapmu jika engkau sudi mempercayainya. Aku tidak akan
memaksa hatimu tuk harus mempercayaiku, tetapi setidaknya ada gambaran
ruhaniyah dalam dirimu atas kecintaan yang bersahaja dalam hatiku. Aku juga
tidak memaksa hasratmu tuk harus mencintaiku, tetapi setidaknya ada
bayang-bayang kasih kesetiaanku yang melintas di alam benakmu.
Inilah
sepucuk surat pertamaku yang dapat kupersembahkan kepadamu. Semoga engkau yang
laksana matahari bersinar di relung jiwaku, dapat aku hardik dengan senyum
kasih cinta kesetiaan yang menyerukan pertautan dua hati, sehingga hatimu dan
hatiku ibarat matahari dan sinar cahayanya.